Dalam Kitab Hosea pasal 1 diceritakan bahwa Tuhan menyuruh Hosea untuk menikahi seorang perempuan bernama Gomer, yang sehari-hari berprofesi sebagai WTS. Hosea menikahi perempuan itu dan ia melahirkan bagi Hosea 3 orang anak, 2 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anak pertama laki-laki dinamai Yizreel, berdasarkan nama tempat pembunuhan politik di kerajaan Israel 10 suku oleh Yehu( 2 Raja 9). Anak yang kedua seorang anak perempuan dinamai Lo-Ruhama yang artinya, “tidak cinta”, dan anak ketiga seorang anak laki-laki dinamai Lo-Ami, yang artinya “bukan milikku”, karena Hosea tidak tahu apakah dia adalah ayah dari anak itu.
Cara Hosea menamai anak-anaknya menunjukkan betapa Gomer seorang perempuan yang tak bisa dipercaya meskipun ia telah menjadi isteri Hosea, isteri seorang nabi besar di Israel, seorang nabi yang sangat disegani oleh seluruh Israel termasuk para raja dan menteri. Meskipun telah menjadi isteri, Gomer tetap melakukan perselingkuhan. Gomer bahkan merindukan kembali kepada profesinya yang lama, kembali kepada pelukan para lelaki hidung belang. Bukan para lelaki itu yang mengejar Gomer, tetapi sebaliknya, ia sendiri yang mengejar para lelaki hidung belang tersebut (Hosea pasal 2). Puncaknya ketika ia lari meninggal rumah, suami dan anak-anaknya dan akhirnya terjebak hutang dan dijadikan budak pemuasan kebutuhan seksual.
Namun Hosea tetap mencintai isterinya, meskipun perilaku isterinya itu sudah sangat keterlaluan. Hosea datang membeli kembali Gomer dari tangan mucikarinya. Ia membeli kembali isterinya dengan harga yang sangat mahal, meskipun di mata orang lain isterinya sudah tidak memiliki nilai apa-apa. Hosea membeli dia sebesar lima belas syikal perak dan satu setengah homer jelai. (Hosea 3:2)
Memang kasih itu mengatasi segala-galanya, tak memandang kepada keburukan, atau kejelekan seseorang, tetapi kepada kebaikannya, bahkan meskipun tak ada kebaikan sama sekali, kasih itu menututpi semua kejelekan itu. Tuhan berkata dalam Yesaya 1:18: Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.
Kasih itu bersedia mengampuni, meskipun perbuatan-perbuatan seseorang kepada kita sudah mencapai suatu tingkat yang tidak layak untuk diampuni. Paulus melukiskan kasih itu dalam I Korintus 13:4-7 sbb: “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. “
Itulah bahasa kasih, bahasa cinta yang diungkapkan oleh Allah, betapa Ia sangat mengasihi kita. Ia bersedia menghapus semua pelanggaran kita, mengampuni kita dan menerima kita kembali sebagai anak-anakNya. Kasih Allah itu sempurna, tak berkesudahan, tak terbatas, dan tetap setia, meskipun kita tidak setia. Allah bahkan bersedia berkorban bagi kita melalui AnakNya Yesus, agar dosa-dosa kita disucikan dan kita dibenarkan dalam Dia. Amin.